Tahun 2020 telah mengubah gaya hidup sebagian besar orang di dunia termasuk di Indonesia. Pandemi korona membuat orang lebih peduli dengan kondisi kesehatannya masing-masing, terlepas dari cara apapun yang ditempuh. Salah satu cara yang dilakukan untuk menjaga kesehatan dimasa pandemi adalah dengan bersepeda.
Tahun 2020 telah mengubah gaya hidup sebagian besar orang di dunia termasuk di Indonesia. Pandemi korona membuat orang lebih peduli dengan kondisi kesehatannya masing-masing, terlepas dari cara apapun yang ditempuh. Salah satu cara yang dilakukan untuk menjaga kesehatan dimasa pandemi adalah dengan bersepeda.
Sepeda Rover
Dilansir dari Kumparan, tren bersepeda sudah ada sejak kolonial Belanda—tepatnya di Batavia–pada tahun 1890. Pada saat itu, sepeda merek Rover menjadi sepeda yang cukup populer. Harganya yang mencapai 500 gulden (seharga Rp 4.014.508 kurs 4 Mei 2021) membuat sepeda ini hanya dimiliki oleh orang Belanda dan saudagar Cina.
Menurut dokumentasi foto dari Leiden University Libraries, di tahun yang sama di Batavia, sepeda juga sudah masuk ke Pontianak. Pemiliknya adalah keluarga kerajaan. Walaupun sepeda pernah dianggap sebagai alat transportasi untuk bangsawan dan orang-orang kaya, namun pada tahun 1960-an, popularitas sepeda sempat tergeser oleh kehadiran motor dan mobil. Kendaraan berbahan bakar bensin menjadi alat tranportasi utama menggantikan sepeda.
Naik turunnya fenomena bersepeda tidak lantas membuat kebiasaan bersepeda semakin luntur dan hilang. Tren bersepeda justru mengalami peningkatan secara drastis selama dua tahun terakhir. Dilansir dari katadata, nilai impor sepeda mengalami peningkatan dengan selisih nilai sebesar US$ 7,7 juta.
Pada semester 1-2019, nilai impor sepeda mencapai US$ 31,3 juta dan pada semester 1-2020, terjadi peningkatan nilai impor sebesar 24,8% yaitu US$ 39 juta. Kehadiran sepeda-sepeda impor ini menjadi bukti bahwa kebutuhan sepeda di Indonesia cukup tinggi, terutama selama masa pandemi seperti sekarang. Masyarakat membutuhkan hiburan singkat, mudah, dan murah sehingga salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan bersepeda.
Jumlah pesepeda di Jakarta mulai terpantau ramai semenjak PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) transisi pada tahun 2020 lalu. Dirilis oleh CNN Indonesia, proses pengamatan jumlah pesepeda dilakukan pada hari kerja di jam sibuk yaitu pukul 06.30 sampai dengan pukul 08.00.
Survey yang dilakukan oleh The Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) dilakukan untuk membandingkan jumlah pesepeda dari bulan Oktober 2019 sampai Juni 2020 dengan cara mengamati dan menghitung sepeda di beberapa segmen strategis yaitu Sudirman-Thamrin, Dukuh Atas, Gelora Bung Karno, dan Sarinah.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa terjadi kenaikan jumlah pesepeda tertinggi yaitu dari 21 pesepeda menjadi 235 pesepeda di segmen Dukuh Atas (Bundaran Senayan menuju Bundaran HI) disusul dengan peningkatan sebesar 93 persen pada segmen Gelora Bung Karno dari 129 pesepeda menjadi 249 pesepeda. Fenomena tersebut disimpulkan oleh ITDP dan pihak terkait sebagai peluang untuk menjadikan sepeda sebagai alternatif transportasi yang aman dan nyaman selama pandemi.
Mengutip data dari Tempo, sebanyak 3,1 ribu pesepeda melintasi jalan Sudirman-Thamrin Jakarta setiap hari pada hari kerja dan 23.464 orang per hari untuk hari libur seperti hari Sabtu dan Minggu. Tidak hanya berkesempatan untuk berolahraga secara mandiri dan gratis, komunitas sepeda juga semakin menjamur khususnya di Jabodetabek, tercatat bahwa komunitas-komunitas baru sudah mencapai 100 komunitas. Hal ini menunjukkan bahwa antusiasme masyarakat terhadap kegiatan bersepeda cukup tinggi selama tahun 2021.
Sepeda juga sebagai alat transportasi ke tempat kerja atau tempat kuliah, namun salah satu kendala utamanya adalah keamanan jalur sepeda yang belum memadai di beberapa lokasi.
Bersepeda, liburan singkat menyenangkan
Bersepeda sudah menjadi gaya hidup bagi sebagian besar rakyat Indonesia sejak kecil, oleh karena itu, banyak alasan yang melatarbelakangi kegiatan bersepeda.
Satu tahun lebih kita menghadapi masa Pandemi Covid-19, bersepeda menjadi alasan bisa keluar rumah dengan aman dan tidak akan tertular korona karena bersepeda tidak membuat kita berkontak dengan orang lain. Bersepeda dapat menghilangkan kebosanan selama berada di rumah dan juga menjaga kondisi tubuhnya agar selalu fit. Melalui alasan tersebut, maka kegiatan bersepeda juga dapat dikatakan sebagai salah satu contoh liburan singkat menyenangkan, apalagi jika bergabung didalam komunitas sepeda.
Salah satu komunitas sepeda yang saya ikuti adalah SADEL (Sepeda Alumni SMANDEL). Komunitas sepeda lintas angkatan alumni SMAN 8 Jakarta yang berdiri tahun 2019 yang lalu, menjadikan bersepeda sebagai kegiatan yang menyenangkan, tidak hanya bersepeda saja, namun bisa kulineran dan juga travelling.
Bersepeda secara mandiri
Dengan meningkatnya jumlah kasus Covid-19 saat ini, saya merasa lebih aman bersepeda secara mandiri, bersepeda bersama keluarga di rumah. Saya lakukan kegiatan bersepeda di saat akhir pekan atau hari libur. Sebelumnya kami sudah melakukan perencanaan lokasi bersepeda dengan mencari informasi di internet atau bertanya kepada rekan pesepeda lainnya.
Banyak pilihan jalur sepeda yang bisa kamu pilih. Mengutip dari idntimes.com ada 6 jenis jalur sepeda yang ada di dunia yaitu Mixed traffic atau jalur sepeda yang bercampur dengan kendaraan bermotor, Sharrow street atau shared lane markings (jalur sepeda jenis ini terletak di jalan raya dan masih bercampur dengan kendaraan bermotor. Bedanya dengan mixed traffic adalah adanya garis pemisah dan gambar ikon sepeda di lintasan khusus kereta angin), Bike lanes atau buffered bike lanes (memiliki garis pemisah yang lebih tegas dengan kendaraan bermotor daripada jenis sharrow street, kendaraan bermotor dilarang melintas di atas jalur khusus sepeda ini), Cycle tracks (hampir menyerupai bike lanes namun memiliki derajat status lintasan khusus sepeda yang lebih kuat), Bicycle superhighways (Jalur sepeda jenis ini biasanya terletak di tepi trotoar atau di atas trotoar itu sendiri yang sangat terpisah dengan jalanan untuk kendaraan bermotor).
Bersepeda sambil travelling dan kuliner bisa dilakukan bersamaan dan kita bisa menemukan tempat-tempat baru dan indah di Indonesia
Kini kegiatan bersepeda tidak lagi dilihat sebagai hobi, namun telah mengalami perluasan makna menjadi sebuah gaya hidup baru dimasa pandemi untuk tubuh yang lebih sehat dan bugar. Menikmati udara segar di pagi dan sore hari dapat menjadi alternatif bagi Anda dan keluarga dalam melepas beban sejenak sebelum dan sesudah menjalani rutinitas. Tetap menerapkan protokol kesehatan dan selamat bersepeda!