Dewasa dan Bertambahnya Umur adalah Permulaan


Berbicara tentang kedewasaan, ada banyak hal yang bisa digali, namun sayangnya kita seringkali terjebak didalam batas-batasan budaya yang berlaku di sekitar kita. Secara umum, manusia mengalami fase-fase kehidupan sebagai berikut: kehidupan ketika TK (taman kanak-kanak)/PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), sekolah dasar, sekolah menengah, kuliah/kerja, menikah, punya anak, menikahkan anak, dan seterusnya sampai akhir hayatnya. Lahir, Hidup, Mati, merupakan kodrat manusia yang harus dijalani.

Berapa banyak orang dewasa yang menganggap bahwa ketika dirinya sudah dewasa dan berkeluarga maka hidupnya sudah ‘selesai’? Bertambahnya umur bukanlah tujuan akhir hidup kita.

Bertambahnya umur bisa dimaknai dari berbagai sudut pandang, salah satunya adalah dengan menjalani gaya hidup slow living demi kualitas hidup orang dewasa yang lebih baik. Slow living diperlukan untuk refleksi diri atas apa yang sudah kita lakukan selama ini, kita mampu mengambil jarak sejenak untuk berhenti dari melakukan rutinitas dan belajar banyak dari bidang-bidang yang belum kita dalami sebelumnya seperti menekuni hobi, aktualisasi diri secara positif, memperluas jejaring pertemanan, menambah skill baru, dan sebagainya.

Menurut survei yang diadakan oleh Harvard Business School, 94% pekerja profesional bekerja lebih dari 50 jam per minggu. Survei yang dilakukan oleh Badan Ekonomi Kreatif di tahun 2016 mengatakan bahwa setiap minggunya, sepertiga pekerja kreatif memiliki jam kerja lebih dari 48 jam. Dari kedua penelitian tersebut,kita dapat menyimpulkan bahwa kaum pekerja seakan tak punya pilihan lain selain bekerja. Kehidupan serba cepat, terutama bagi pekerja yang mengais rezeki di kota-kota besar, adalah sebuah rutinitas yang melelahkan, baik secara mental dan fisik.

Lelah secara mental dan fisik, lalu apa hal yang bisa didapat? Gaji? Jabatan? Kehormatan?              Bagaimana jika gaji itu digunakan justru untuk mengobati sakit fisik atau mental, atau alih-alih self love, uangnya malah digunakan untuk membeli sesuatu yang berlebihan dan nafsu semata saja, bukan karena kebutuhan. Bukannya menabung atau berinvestasi, lelahnya bekerja malah tidak terasa karena kita tidak fokus dengan tujuan hidup kita.

Menjadi orang dewasa bukan masalah siapa yang tercepat dalam mencapai suatu hal, atau bukan berarti berhenti mengembangkan diri. Menjadi orang dewasa adalah permulaan dari segala permulaan. Elizabeth B. Hurlock dalam jurnal yang berjudul Periodesasi Perkembangan Dewasa mengatakan bahwa masa dewasa dibagi menjadi tiga bagian yaitu masa dewasa awal (21-40 tahun), masa dewasa madya (40-60 tahun), dan masa dewasa (60 tahun sampai akhir hayat). Putri (2019) dalam jurnal yang berjudul Pentingnya Orang Dewasa Awal Menyelesaikan Tugas Perkembangannya mengatakan bahwa masa dewasa awal adalah masa pencarian, penemuan pemantapan dan masa reproduktif. Adapun fenomena yang biasa muncul di masa dewasa awal yaitu adanya masalah dan ketegangan emosional, adanya fase mengisolasi diri dari lingkungan sosial, adanya fase komitmen dan ketergantungan, memiliki perubahan terhadap nilai-nilai yang dianut, dan juga adanya kreativitas serta adaptasi terhadap pola hidup yang baru. Individu yang sudah dikategorikan sebagai dewasa memiliki peran dan tanggung jawab yang semakin besar dari sebelumnya.

Salah satu tantangan yang harus dilewati oleh orang dewasa awal adalah mengatasi “social clock”. Apa itu “social clock”? Mengutip situs online.jessup.edu, arti dari social clock adalah penerimaan masyarakat terhadap momen-momen tertentu. Siapapun dapat terpengaruh oleh pencapaian satu orang terhadap suatu hal, apabila seseorang tidak bisa menyamai pencapai rekan sebayanya maka kepercayaan dirinya akan terancam dan dapat memicu masalah mental. Setelah mengalami fase umur yang bergejolak di masa dewasa awal, maka seseorang akan memasuki masa dewasa madya. Apa itu masa dewasa madya? Menurut Erikson, (dalam Santrock, 2002) ketika seseorang memasuki masa usia madya, orang cenderung lebih sukses atau justru sebaliknya, menjadi seseorang yang berhenti (tetap) untuk mengerjakan apapun.

Masa usia madya adalah masa ketika seorang individu memiliki perhatian yang lebih besar terhadap agama dibandingkan dengan sebelumnya. Hal ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan pribadi dan sosial. Salah satu alasan mengapa hal ini terjadi adalah karena pada usia madya, orang mulai merasa ketakutan dan seringkali mengabaikan kenyataan bahwa mereka sudah memasuki usia yang tidak muda lagi.

Masa usia madya adalah masa-masa ketika orang dewasa mulai mengevaluasi prestasinya, apakah pencapaian  dari masa usia dewasa awal sampai sekarang sudah sesuai dengan harapan orang lain seperti keluarga, pasangan, atau teman-teman terdekat. Ada beberapa keputusan penting yang biasanya diambil, dan salah satu pemicunya adalah adanya masukan dari pasangan/orang-orang terdekat. Apabila Anda adalah wanita karier yang sudah memiliki banyak pencapaian di masa muda, maka saat dewasa madya inilah Anda mulai memikirkan orang-orang disekitar Anda. Sebagai contoh, pasangan mulai meminta waktu lebih untuk keluarga dan itu wajar terjadi.

Setiap wanita karier yang memutuskan untuk berkeluarga akan selalu menghadapi dinamika tentang kapan harus melebarkan sayap berkarier dan kapan harus berhenti karena satu dan lain hal. Semakin usia bertambah, maka yang harus diubah adalah bagaimana cara Anda mengembangkan diri sesuai dengan kondisi yang dialami saat ini. Jika tadinya Anda masih bebas mencari pengalaman dari satu tempat ke tempat lain, maka sekarang Anda dapat menyesuaikan diri dengan keluarga. Jika Anda adalah wanita usia dewasa madya, maka momen ini adalah momen yang tepat untuk lebih mendekatkan diri dengan keluarga, tentang bagaimana untuk tetap berkarier tanpa melupakan keluarga.

Berbekal dari banyak pengalaman dan pencapaian di masa dewasa muda, masa dewasa madya adalah masa yang tepat untuk menikmati hasilnya. Anda dapat memberikan “pintu masuk” kepada anggota keluarga untuk menikmati hasil kerja keras Anda di masa dewasa muda. Membuka usaha di tempat yang bersejarah bagi Anda dan keluarga adalah salah satu pilihan yang bisa dilakukan untuk tetap mengembangkan karier tanpa melupakan orang-orang yang berjasa untuk kemajuan hidup Anda. Dengan tetap memberdayakan diri di usia dewasa madya, Anda tidak perlu takut lagi dengan usia yang semakin bertambah, karena yang perlu Anda lakukan adalah mengubah caranya saja yang disesuaikan dengan kondisi yang Anda miliki saat ini.

Buat saya bertambahnya usia dan di masa usia dewasa madya ini, saya lebih suka mengganti kata ‘pencapaian’ menjadi ‘berkat’ karena maknanya lebih dalam buat saya. Berkat bermakna karunia Tuhan yang membawa kebaikan dalam hidup Manusia. Jadi tidak hanya berfokus dari materi yang kita miliki atau uang yang banyak. Bertambahnya usia, ibarat metamorfosis kehidupan, menjadi kupu-kupu. Perubahan akan dialami setiap orang karena pada dasarnya setiap manusia selalu membutuhkan perubahan dalam dirinya. Seperti perubahan menjadi kupu-kupu yang menjadi inspirasi yang mengagumkan buat saya, membuka wawasan karena dari suatu proses yang terlihat sederhana namun penuh makna