Upacara pernikahan memanggil kita untuk hidup menurut standar yang sempurna, yang pada kenyataannya tidak ada yang sempurna di dunia ini atau hal yang tidak mungkin dicapai. Bagi Perempuan Batak seperti saya, prosesi pernikahan adat adalah peristiwa yang sakral dan berarti dalam fase hidup. Meninggalkan kedua orang tua yang mengasuh sejak kecil untuk melanjutkan hidup bersama dengan laki-laki lain tentunya menjadi pengalaman baru dalam hidup.
Romantisme
Mengenal pasangan sejak masa kuliah tidak serta merta membuat segala sesuatu dimudahkan khususnya dalam hal komunikasi, dalam rentang waktu masa perkenalan (pacaran) hampir 6 tahun dan menjalani pernikahan selama 17 tahun tepat pada tanggal 17 September 2016, pastilah menyadari bahwa pada satu titik romantika masa pacaran dan pernikahan yang naik turun seperti roller coaster akan terasa panjang dan datar, Lalu bagaimana kami meresponnya dengan saling mengingatkan kesepakatan bersama ketika sebelum menikah yaitu tetap menjaga romantisme semasa pacaran serta menjalani kehidupan dengan kompromi.
Saya termasuk yang beruntung, mengalami masa perkenalan (pacaran) yang cukup panjang dan menikah dengan laki-laki yang saya cintai, sehingga tidak terlalu sulit untuk membangun romantisme agar hubungan tetap hangat. Menurut saya hal itu sangat penting karena menikah adalah keputusan untuk berkomitmen seumur hidup. Kehangatan dalam sebuah hubungan harus tetap terjalin sehingga rasa dekat, nyaman dan percaya selalu ada. Ini dapat terjadi dengan suatu perbuatan. Tidak harus dalam bentuk materi namun dengan perkataan lembut dan pelukan hangat. Kadang kami melakukan hal-hal konyol semasa pacaran dulu, seperti apa? Rahasia kami berdua dong….
Butuh kreatifitas loh untuk melakukan hal tersebut agar tidak membosankan…[sce emoji=”inlove”/]
Menemukan cinta yang tepat
Masa perkenalan yang panjang mulai dari masa kuliah sampai memulai karir, pada saat itu tidak serta merta hati saya memutuskan bahwa dialah pasangan hidup saya. Kami juga merasakan hal yang sama seperti pasangan lainnya pada masa itu yaitu putus sambung , tapi end up nya ya selalu sama dia….
Postur tubuh besar dan kekar bikin kangen…..halaaaahh
Apa yang membuat saya yakin dialah pasangan hidup saya?
Ketika dia memberanikan diri berbicara langsung kepada orang tua saya untuk menikahi saya tanpa memberitahu saya terlebih dahulu. Dalam keluarga Batak, menentukan pasangan hidup, pengaruh keluarga besar sangat kuat.
Masih teringat waktu dia bilang I want you so bad, honey….(pasang muka memelas) diiringi lagu chapel of love (Eltom Jon). Romantis yaaaaa…..
Cinta merupakan hal abstrak yang dapat dirasakan namun tidak dapat disentuh. Buat saya cinta adalah sebuah perasaan nyaman dengan seseorang sehingga memiliki ikatan emosi, kesetiaan dan perasaaan kecanduan …uhuuuii
Cinta tidak pernah salah, yang membuatnya berubah adalah manusia itu sendiri. Seperti kata pujangga, cinta menyejukkan bak mentari, kelembutan cinta seperti musim semi yang selalu segar. Cinta takkan membuat jemu karena cinta adalah kejujuran.
Menikah tanggal 17 Spetember 1999 dan menjalani prosesi pernikahan secara adat Batak pada tanggal yang sama serta resepsi pada tanggal 19 September 1999. Ada yang unik dari tanggal resepsi pernikahan kami yaitu pilihan almarhum papa tercinta, 19 09 1999. Menurut beliau selain terlihat cantik di undangan pernikahan juga adalah doa indah dari almarhum papa. My Dad is my first love . Laki-laki yang tidak pernah marah dan selalu lemah lembut kepada anak gadisnya. Sejak kecil selalu mengajarkan kami untuk rendah hati dan perempuan harus bisa mandiri. Sejak kecil Papa sudah mengajarkan kami untuk mengutamakan pendidikan dan dalam rumah tangga, perempuan juga harus berperan. Aaahh….jadi rindu pada laki-laki yang memilihkan kain pernikahan saya dan menangis ketika mengalungkan Ulos Hela kepada kami. Terima kasih buat doa kedua orang tuaku untuk kami. Prosesi pernikahan adat Batak ‘mangulosi’ yang melibatkan keluarga besar adalah doa dan berkat yang kami terima sebagai pasangan suami istri. Saat kedua orang tua mengalungkan Ulos Hela diiringi lagu ‘borhat ma da inang’ sebagai doa yang indah serta merelakan anak perempuannya kepada menantunya adalah salah satu peristiwa yang tidak akan pernah dilupakan. Tak kuasa menahan air mata saat orang tua mengalungkan ulos dan mengucapkan doa yang menguatkan saya untuk melanjutkan kehidupan berumah tangga.
Menanamkan rasa Syukur
Mengucap syukur adalah hak istimewa dan rasa syukur membuat hidup lebih fokus akan hal-hal postif. Ketika saya bersyukur atas pasangan hidup saya maka saya akan menemukan hal-hal baru yang positif bersama pasangan. Timbul rasa bangga dengan apa yang dilakukan pasangan saya sehingga sikap lemah lembut, menghargai dan tolerasi tercipta.
Menanamkan rasa syukur juga membuat saya selalu mempercayai pasangan dan tidak membatasi kehidupan pribadinya karena setiap invidivu memliliki hak atas kehidupan pribadinya seperti dalam menjalani pekerjaannya dan kehidupan sosialnya. No border but respect each other, adalah prinsip bersama sehingga ada keterbukaan dan komunikasi yang baik dan kepercayaan bahwa pasangan akan selalu melindungi dari hal-hal yang tidak dikehendaki.
Pernikahan dan kehidupan doa
Kehidupan doa sangat penting dalam pernikahan kami, karena kami memiliki alasan kuat untuk itu. Pondasi dari pernikahan adalah Tuhan. Tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Pernikahan menuntut komitmen yang radikal untuk mencintai pasangan kita sebagaimana adanya dia. Melalui doa saya belajar mencintai pasangan sepenuh hati seperti yang Tuhan inginkan.
Jika anda memperlakukan seorang pria sebagaimana adanya dia, dia akan tetap menjadi pribadi yang demikian. Tetapi jika anda memperlakukannya seolah-olah ia telah menjadi sosok pria yang ideal, dia akan menjadi seorang yang lebih hebat dan lebih baik.
~ Johann Wolfgang von Goethe
Cinta dan keluarga
Saya sangat setuju, ketidakpuasan dalam pernikahan terutama disebabkan oleh harapan yang terlalu tinggi. Menurut cara pandang yanng berpusat pada manusia kita akan mempertahankan pernikahan dari perspektif kenyamanan, keinginan dan harapan pribadi saja.
Saya menyadari, bagaimana saya bisa mengajarkan anak-anak saya bahwa janji Tuhan akan pendamaian merupakan sebuah kepastian jika mereka melihat realitas bahwa saya sendiri belum sanggup menepati janji?
Pernikahan adalah janji kepada Tuhan dan Keluarga.
Pernikahan memiliki tujuan untuk membangun keluarga, dimana ada anak-anak yang menjadi tanggung jawab orang tua untuk diasuh dan dididik dengan pondasi kuat yaitu mengasihi Tuhan Allahnya dan sesama manusia sehingga setiap anggota keluarga kuat menghadapi tantangan jaman dan pergumulan yang memilki tujuan membuat seseorang menjadi lebih kuat. Kami sepakat bahwa orang tua terdiri dari ibu dan ayah, maka kami berdua harus dapat sehati dan sepikir dalam membangun rumah tangga.
Sesuatu yang mustahil menyatukan dua prbadi yang berbeda. Saya dan pasangan memiliki karakter yang berbeda dan kesukaan yang berbeda, kompromi adalah jalan yang kami lakukan untuk mencari solusi.
Seperti halnya cinta membuat kita bertumbuh, demikian pula dengan gairah. Gairah tidak terbatas, tidak akan berkurang setiap kali diekspresikan sehingga ada canda dan tawa. Saya selalu menjalani hidup dengan penuh gairah, tidak hanya dalam pekerjaan, begitu juga dalam pernikahan.
17 tahun pernikahan, tepat tanggal 17 September 2016
17 09 1999 17 09 2016