Peluang di Era Digital
Memulai bisnis sendiri bisa dimulai darimana saja. Terutama di era digital dengan akses internet yang semakin mudah dijangkau oleh siapa saja. Bukan hanya di kota-kota besar saja, kini jaringan internet sudah tersebar hingga ke penjuru Indonesia. Terlebih sejak diluncurkannya Satelit Merah Putih yang merupakan satelit komunikasi geostasioner milik Indonesia. Wilayah Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau yang tersebar dari timur ke barat, semakin mudah terjangkau fasilitas jaringan internet.
Namun kebanyakan orang menganggap modal menjadi hambatan utama. Peluang usaha di era digital saat ini bisa dengan mudah dijalankan oleh siapa saja. Pelaku usaha tidak perlu memiliki modal (uang atau aset) terlebih dahulu untuk mulai melakukan bisnis. Menuju era industri 4.0 modal yang utama adalah tersambung dengan jaringan internet (terlibat dalam digital market), kreativitas dan melek teknologi. Pasar digital menghilangkan batas-batas teritorial wilayah kota bahkan negara. Siapa pun dapat terhubung dengan orang-orang di seluruh dunia. Maknanya adalah, kesempatan terbuka bagi mereka yang berani dan memiliki kreativitas.
Yang harus diperhatikan justru mengenal bakat, minat atau passion diri. Apa yang kamu suka dan apa yang kamu mau. Untuk mengasah bakat, bisa dilakukan melalui internet. Informasi, edukasi dan sertifikasi bisa dengan mudah didapat dan beragam.
Menjadi pelaku usaha yang berbeda dan memiliki ciri khas serta dapat memenuhi kebutuhan pasar menjadi modal yang lebih dibutuhkan daripada modal untuk memiliki aset fisik. Persaingan di era digital tak lagi memperhatikan banyaknya aset yang dibangun, namun kredibilitas, kepercayaan, serta ide-ide segar yang menarik bagi pasar menjadi kekuatan tawar yang lebih kuat.
Penting bagi pelaku usaha untuk memperkenalkan produknya kepada masyarakat secara luas. Peluang inilah yang dimanfaatkan oleh market place. Maka pelaku usaha juga bisa memanfaatkan market place untuk menjual produknya. Beberapa pelaku usaha digital memulai usaha dengan mendirikan start up. Dunia digital memberi kesempatan luas bagi semua pelaku usaha secara adil. Persaingan usaha kini bergantung pada pasar secara terbuka.
Pasarlah yang menentukan apakah produk-produk kita diminati atau tidak. Untuk itu penting bagi pelaku usaha membangun branding positif bagi produknya. Memperkenalkan produk secara aktif melalui pasar digital memiliki perbedaan yang signifikan dengan penjualan retail secara fisik. Pembeli tidak dapat melihat, menyentuh serta membandingkan produk secara langsung, hanya melalui foto-foto serta testimoni atau ulasan mengenai produk serta produsennya.
Kepercayaan pembeli menjadi hal terpenting bagi kelangsungan usaha. Jika pelanggan kecewa dengan produk kita maka kekecewaan itu akan langsung menyebar ke seluruh dunia. Pameo, “jika anda puas katakan pada dunia dan jika tidak puas katakan pada kami” sudah tak lagi relevan. Setiap pelanggan memiliki akses yang sama dengan penjual dan dapat mengunggah pendapatnya secara langsung baik itu merasa puas ataupun tidak. Maka follow up atau tindak lanjut purna jual menjadi hal yang krusial.
Karakter kita akan mentukan branding produk yang di jual. Menjaga kepercayaan, menjaga kualitas produk adalah bekal utama yang harus dimiliki pelaku usaha. Sampaikan pada dunia produk seperti apa yang kita jual, sebarkan energi positif yang tercermin dalam produk serta cara kita menjalankan usaha. Kedisiplinan tak ketinggalan harus dimiliki jika kita ingin memulai usaha apapun, karena konsistensi diperlukan untuk mambangun usaha yang terus berkembang dan berkesinambungan hingga masa yang akan datang.
Target usaha jangka panjang bukan semata menaikkan omset penjualan, namun menjaga kepercayaan pembeli dan menjadikannya pelanggan setia merupakan hal penting yang harus diperhatikan dengan menyediakan kemudahan akses, kecepatan serta kualitas produk dan sebagai fokus demi menjamin kelangsungan usaha dalam jangka panjang.
Pengrajin Tenun Ulos Desa Adat Ragihotang Meat Tampahan Toba Samosir
Pengrajin Tenun Ulos yang berada di Desa Adat Ragihotang Meat Tampahan Toba Samosir, Sumatera Utara adalah desa yang 70% penduduknya merupakan pengrajin ulos. Pengrajin Ulos ini kebanyakan Perempuan dan sudah melakukan kegiatan ini secara turun temurun. Para pengrajin ini akan menghasilkan kain ulos yang sangat indah dengan menggunakan alat yang disebut Kasuksak atau ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin), karena dikerjakan dengan energi positif dan disiplin yang tinggi, produk atau karya tersebut memiliki nilai yang tinggi dan memiliki karakter kuat yang tercermin dalam motif sehelai kain ulos.
Prioritas utama adalah produk yang disukai atau dibutuhkan pasar (user) dan teknologi sebagai alat bantu.